TEORI BIG BANG
(LEDAKAN BESAR)
71 tahun Big Bang (terjemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar)
dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan
perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam
semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian
mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu. Para ilmuwan
juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori
ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil
pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain,
dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus.
Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya
suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.
Pada Tahun 1929 Astronom Amerika
Serikat, Edwin Hubble melakukan
observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita
dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi
bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita
tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang.
Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari
pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar.
Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nyaris nol, dan berada
pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan mengembang dengan
laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk membuatnya
segera mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih
kosong. Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam Semesta
akan terus mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta secara
keseluruhan akan terus mengembang dan mendingin. Alam Semesta berkembang,
dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam Semesta akan mengembang
terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil,dan semakin kecil, meskipun
tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam Semesta berkontraksi,
ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar lagi.
Bukti Teori Big Bang Dalam Al-Qur'an
Kali
ini, admin akan ngeshare tentang penciptaan alam semesta atau lebih dikenal
dengan teori big bang. Ternyata (bagi yang belum tahu), teori Big Bang sudah
ada di Al-Qur'an beratus-ratus tahun sebelum ditemukannya teori ini. Ok, mari
kita simak.
Al-Qur'an
Surat Hud Ayat 7 : "Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam waktu
enam hari" Enam
hari disini bukan berarti waktu sebenarnya karena pada waktu itu, belum ada
bumi yang mengelilingi matahari, yang dimaksudkan enam hari disini adalah enam
masa/ tahapan. Teori Big Bang atau ledakan besar ini dikemukan oleh seorang
astronomi Amerika yang bernama Edwin Hubble tahun 1929. Teori Big Bang ini
sendiri di bagi atas enam masa/ tahapan :Surat An-Nazi'at ayat
27-33
"Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}"Dari sejumlah ayat Al-Qur"an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi"at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:
Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali
Jika alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa 'titik tunggal' ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki 'volume nol', dan 'kepadatan tak hingga'. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol. Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big Bang'. Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Big Bang merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah 'diciptakan dari ketiadaan', dengan kata lain ia diciptakan oleh Allah SWT. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20, telah dinyatakan dalam Alqur'an 14 abad lampau: "ia Pencipta langit dan bumi" Surat Al-An'aam ayat 101. (http://rizalmarom094.blogspot.com/2013/04/teori-penciptaan-alam-semesta_8460.html)
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut "big bang", kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi.
Masa II (ayat 2: pengembangan dan penyempurnaan
Dalam ayat 28 di atas terdapat kata "meninggikan bangunan" dan "menyempurnakan". Kata "meninggikan bangunan" dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh.
Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan kata "menyempurnakan", menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.
Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi
Surat An-Nazi"ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.
Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya. Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.
Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi
Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, "Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?" (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam".
Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet
Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air.
Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.
Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan "â?¦gunung-gunung dipancangkan dengan teguh." Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah. Proses detail terbentuknya gunung dapat dilihat pada artikel sebelumnya yang ditulis oleh Dr.Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc tentang fungsi gunung sebagai pasak bumi.
Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.
Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, "Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya".
Jadi, beratus-ratus tahun sebelum ditemukannya teori big bang, proses pembentukan alam semesta sudah tertera di dalam Al-Quran.
"Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}"Dari sejumlah ayat Al-Qur"an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi"at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:
Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali
Jika alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa 'titik tunggal' ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki 'volume nol', dan 'kepadatan tak hingga'. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol. Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big Bang'. Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Big Bang merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah 'diciptakan dari ketiadaan', dengan kata lain ia diciptakan oleh Allah SWT. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20, telah dinyatakan dalam Alqur'an 14 abad lampau: "ia Pencipta langit dan bumi" Surat Al-An'aam ayat 101. (http://rizalmarom094.blogspot.com/2013/04/teori-penciptaan-alam-semesta_8460.html)
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut "big bang", kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi.
Masa II (ayat 2: pengembangan dan penyempurnaan
Dalam ayat 28 di atas terdapat kata "meninggikan bangunan" dan "menyempurnakan". Kata "meninggikan bangunan" dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh.
Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan kata "menyempurnakan", menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.
Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi
Surat An-Nazi"ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.
Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya. Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.
Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi
Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, "Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?" (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam".
Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet
Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air.
Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.
Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan "â?¦gunung-gunung dipancangkan dengan teguh." Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah. Proses detail terbentuknya gunung dapat dilihat pada artikel sebelumnya yang ditulis oleh Dr.Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc tentang fungsi gunung sebagai pasak bumi.
Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.
Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, "Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya".
Jadi, beratus-ratus tahun sebelum ditemukannya teori big bang, proses pembentukan alam semesta sudah tertera di dalam Al-Quran.
TEORI BIG BANG TERCANTUM DALAM AL-QURAN
Allah berfirman : Artinya : "Dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka
tiada juga beriman?" (QS Al-Anbiya' : 30) Kemudian kita pahami teori Big
Bang (Dentuman Besar ) “ Seluruh materi dan energi dalam alam semesta pernah
bersatu membentuk sebuah bola raksasa. Kemudian bola raksasa ini meledak sehingga
seluruh materi mengembang karena pengaruh energi ledakan yang sangat besar.”
Kata "ratq" yang di Surat Al-Anbiya 30 diterjemahkan sebagai
"suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang
membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan antara keduanya"
adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu
muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari
"ratq". Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah
adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.
Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat
tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq".
Keduanya lalu terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika
mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu
titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala
sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah
diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan
"ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga
menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa"
(terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan
keseluruhan alam semesta terbentuk. Perhatikan juga kalimat : "Dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup" Kemudian ternyata benar segala
yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga
membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu
planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al
Qur’an. Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai
penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu
sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini baru terjadi di
abad ke-20. Sedangkan Al-Quran diwahyukan 1400 tahun yang lalu. PERHATIKAN JUGA
FIRMAN ALLAH : “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.”(Al-qur’an, 51:47)Menurut AlQur’an langit
diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa
kini. Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara
terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa
mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup. Teori Big
Bang didukung oleh beberapa penemuan mutakhir. Pertama, penemuan Edwin Powell
Hubble, astronom kebangsaan Amerika Serikat di observatorium California Mount Wilson
thn 1924. ketika Hubble mengamati bintang-bintang diangkasa Melalui teleskop
raksasanya, ia mendapati spectrum cahaya merah diujung bintang-bintang
tersebut. Menurut teori fisika yang sudah diakui, spectrum cahaya
berkelap-kelip yang bergerak yang menjauhi tempat observasi cenderung mendekati
warna merah. Pengamatan tersebut memberi kesimpualan bahwa berbagai galaksi
saling menjauh dengan kecepatan sampai beberapa ribu kilometer per detik. Hal
ini berarti bahwa alam sedang berekspansi (meluas/melebar) atau dikatakan bahwa
alam bersifat dinamis. Kedua, hasil hitungan cermat Albert Einstin yang
menyimpulkan bahwa alam semesta dinamis, tidak statis artinya alam semesta
terus berkembang. Meskipun pada mulanya terimbas gagasan bahwa alam itu statis,
lalu mengembangkan formula matematisnyanya dan berusaha melukiskan bahwa alam
benar-benar statis, namun hal itu justru menggambarkan bahwa alam itu dinamis.
Ketiga, pada tahun 1948, George Gamov berpendapat bahwa setelah ledakan dahsyat
ini akan ada radiasi yang tersebar merata dan melimpah di alam semesta, radiasi
tersebut dinamai radiasi kosmos. Hal ini ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert
Wilson pada tahun 1965 keduanya mendapat hadiah nobel dari penemuan tersebut
Penemuan ini semakin menguatkan bahwa alam semesta terbentuk dari sebuah
ledakan dahsyat. Keempat, adanya jumlah unsur hydrogen dan helium di alam
semesta yang sesuai dengan perhitungan konsentrasi hydrogen-helium merupakan
sisa dari ledakan dahsyat tersebut. Kalau saja alam ini tetap dan abadi maka hydrogen
di alam semesta telah habis berubah menjadi helium. Gagasan teori Big Bang itu
didasarkan juga bahwa galaksi-galaksi yang saling menjauh itu, kurang lebih
seragam di seluruh jagad raya. Ahli Fisika George Gamow menganalogikan tentang
efek perluasan tersebut sepeti sebuah balon yang menggembung. Kalau kita meniup
sebuah balon yang diberi bintik-bintik, maka seluruh bintik itu akan terlihat
saling menjauh. Kini, peristiwa Big Bang yang ditengarai menandai dimulainya
penciptaan alam semesta itu bukan hanya sekedar “teori”, tetapi sudah menjadi
“keyakinan ilmiah” para ilmuan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa
galaksi-galaksi saling menjauh dengan kecepatan kira-kira 32 kilometer/ detik
untuk setiap jarak satu juta tahun cahaya, maka dapatlah diperhitungkan bahwa
alam semesta ini tercipta dengan proses Big Bang antara 15-20 milyar tahun yang
lalu.!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar